Belajarlah kepada Ulama yang Jelas Silsilah Keilmuannya
Khutbah I
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
فياايهاالحاضرون رحمكم الله، اُوْصِيْكُمْ وَنَفِى بِتَقْوَى اللهَ فَقَدْ
فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قال الله تعالى: أعوذ بالله من الشيطان الرَّ جيم
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ
مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
Jamaah jumat rahimakumullah,
Adalah sebuah keniscayaan dan keharusan bagi khotib untuk selalu mengingatkan kepada diri khotib pribadi khususnya dan para jamaah pada umumnya untuk selalu meningkatkan ketaawaan kepada Allah SWT. Dengan ketakwaan kepada Allah SWT insyaallah kehidupan kita di dunia dan akhirat kelak nanti akan selalu dalam perlindungan dan ridha Allah SWT. Karena takwa merupakan sebaik-baik bekal menuju alam akhirat sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 197:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ
“…Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa…”
Ketika
takwa hadir dalam diri kita, kehidupan kita pastilah akan terkontrol.
Kita akan selalu patuh untuk melaksanakan perintah-perintah yang
diberikan oleh Allah SWT. Dan ketika hati kita tergiur untuk melakukan
hal-hal yang dilarang oleh Allah pastilah kita akan ingat dan merasa
takut untuk melakukannya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dalam
mengarungi samudera kehidupan ini kita harus memiliki bekal yang cukup
agar tidak tersesat dan terjerumus kepada sesuatu yang merugikan kita
sendiri. Salah satu bekal yang sangat penting dalam kehidupan ini adalah
bekal ilmu yang akan mempermudah kita dalam beramal dan beribadah.
Terlebih bekal ilmu agama. Karena ilmu agamalah yang akan mengarahkan
kita untuk tetap istiqamah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
laranganNya.
Menuntut ilmu agama adalah wajib
hukumnya bagi setiap Muslim. Kita sebagai seorang Muslim haruslah terus
berusaha untuk menambah keilmuan kita khususnya dalam bidang agama agar
ibadah yang kita lakukan setiap saat memiliki dasar dan bukan hanya
karena ikut-ikut saja.
Lalu muncul pertanyaan:
kepada siapa kita harus belajar ilmu agama? Apakah kita bisa belajar
memahami sendiri Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama Agama Islam?
Jawabannya tentu saja kita harus belajar kepada orang yang sudah
memiliki kemampuan di bidangnya, yaitu para ulama. Kita haruslah belajar
kepada para ulama yang jelas silsilah keilmuannya, jelas telah teruji
kealimannya. Kita tidak bisa belajar Islam langsung dari Al-Qur’an dan
Hadits. Perlu berbagai macam disiplin ilmu yang dalam memahami maksud
dari Al-Qur’an dan hadits. Hal ini sudah ditegaskan oleh Allah dalam QS
An-Nahl ayat 43:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“…Bertanyalah kepada ahli zikir (ulama) jika kamu tidak mengetahui” (An Nahl :43)
Namun, jamaah jumat rahimakumullah,
Pada
era sekarang ini kita haruslah berhati-hati dalam belajar agama dan
memilih ulama untuk dijadikan pegangan serta panutan dalam melaksanakan
ibadah. Sekarang banyak sekali bermunculan “ulama instan” yang pintar
dalam bebicara namun minim ilmu agamanya. Mereka ini mengedepankan
popularitas daripada kualitas keilmuannya. Dengan dukungan media dan
acara di televisi, banyak sekali saat ini para artis yang tiba-tiba
menjadi dai dan cepat dikenal oleh masyarakat melalui acara-acara
agamis. Sudah mulai tampak dan nyata sekali saat ini seperti yang pernah
dikatakan oleh dai sejuta umat Almarhum KH Zainuddin MZ bahwa banyak
tontonan menjadi tuntunan dan tuntunan menjadi tontonan. Hal inilah yang
kemudian memunculkan fenomena banyak umat yang mengalami kebingungan
dalam memahami dan meyakini pemahaman agama.
Jamaah jumat rahimakumullah...
Tidak
semua orang yang mengisi acara ditelevisi memiliki kemampuan agama yang
mumpuni. Terkadang yang tidak memilki kompetensi malah dijadikan
rujukan dalam beragama karena memiliki kedekatan dengan media. Sementara
yang benar-benar alim malah sama sekali tidak dijadikan panutan dalam
beragama karena memang tidak terpublikasikan oleh media. Apalagi di era
digital saat ini banyak bermunculan pemahaman-pemahaman yang keras dalam
beragama yang disebarkan melalui dunia maya, internet. Hal ini perlu
diwaspadai oleh kita dan juga para generasi muda yang sekarang ini
selalu mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Jika tidak
waspada, tidak mustahil beberapa tahun ke depan pemahaman-pemahaman
agama yang radikal akan muncul dari para generasi muda sekarang.
Fenomena
ulama instan seperti ini sudah diingatkan oleh Imam al-Ghazali dalam
Kitab Bidayatul Hidayah dengan istilah ulama su'. Dalam kitab tersebut
dijelaskan bahwa ulama su' termasuk ulama yang dapat merusak karena
memiliki niatan memanfaatkan ilmu yang dimilikinya untuk memperkaya diri
dengan materi, menyombongkan diri, membanggakan diri dan memperbanyak
pengikut setia.
Ulama seperti ini sebenarnya
tertipu oleh syaitan dengan bisikan merasa paling baik dan benar. Inilah
cara syaitan zaman sekarang yang menyesatkan manusia dengan amal ibadah
yang seolah baik namun sebenarnya itu adalah perangkap syaitan untuk
menjerumuskan manusia.
Rasulullah pun
mengingatkan bahwa ulama seperti inilah yang dikhawatirkan olehnya di
samping Dajjal akhir zaman. Kalau Dajjal hanya menyesatkan manusia, tapi
ulama su' lebih dari itu yaitu menipu dengan ajakan agar tidak terlalu
cinta kepada dunia namun sebenarnya Ia sendiri yang memiliki niatan
keduniawian.
Jamaah jumat rahimakumullah...
Predikat
ulama tidaklah bisa dicari dan disematkan sendiri. Predikat ini akan
disematkan sendiri oleh masyarakat dengan melihat kiprah, kemampuan,
keikhlasan dan keistiqomahan yang bersangkutan dalam kehidupan beragama.
Seorang ulama bukanlah mereka yang palign banyak hafalan al-Qur’an dan
hadits. Ulama adalah mereka yang takut kepada Allah SWT sebagaimana
firman Allah QS Fathir: 28.
. إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Artinya:
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Ulama
adalah orang yang wajib kita hormati karena kedudukan mereka di
tengah-tengah umat sangat mulia dan tugas yang mereka emban untuk
kemaslahatan Islam dan muslimin sangatlah berat. Kalau kita tidak
memercayai ulama, lalu kepada siapa kita percaya? Kalau kepercayaan kita
telah menghilang dari ulama, lalu kepada siapa kita mengembalikan semua
problem hidup kita dan mencari rujukan hukum-hukum syariat Islam?
Oleh
karena itu kita haruslah ingat dan menyadari bahwa wafatnya ulama
adalah merupakan bencana bagi alam semesta. Mereka ada seperti cahaya
yang menghilangkan kegelapan, dan ketika cahaya telah padam maka
kondisinya akan kembali gelap. Dan seiring berjalannya waktu, cahaya
akan benar-benar redup, hingga kehidupan akan menjadi gelap dari ilmu.
Hal ini telah disabdakan oleh Rasulullah Saw.
مَوْتُ
الْعَالِمِ مُصِيبَةٌ لا تُجْبَرُ ، وَثُلْمَةٌ لا تُسَدُّ , وَنَجْمٌ
طُمِسَ ، مَوْتُ قَبِيلَةٍ أَيْسَرُ مِنْ مَوْتِ عَالِمٍ
“Meninggalnya
ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang
tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam.
Meninggalnya satu suku lebih mudah daripada meninggalnya satu orang
ulama.” (HR. Thabrani).
Jamaah jumah rahimakumullah.
Menutup
Khutbah ini, marilah kita bersama berdoa kepada Allah SWT, semoga
negara kita Indonesia akan senantiasa dianugerahi sosok-sosok ulama yang
benar-benar alim dan dapat memberikan pencerahan kepada kita. Bukan
ulama yang menghadirkan perpecahan di tengah-tengah umat. Bukan ulama
yang mengedepankan dan mengunggulkan pendapat sendiri dan golongan. Dan
semogalah Allah akan senantiasa menurunkan ilmunya kepada generasi
selanjutnya, sehingga akan muncul kembali para ulama yang mampu
membimbing peradaban manusia sesuai dengan apa yang digariskan oleh
Allah SWT. Amin.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ
ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْأَحَدِ ، اَلْفَرْدِ الصَّمَدِ ، اَلَّذِىْ لَمْ
يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، اللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. فَيَا عِبَادَ
اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّهِ تَعَالَى وَطَاعَتِهِ
وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللَّهَ صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ قَدِيْماً فَقَالَ
تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَارْضَ اللّهُمَّ عَنْ كُلِّ الصَّحَابَةِ
أَجْمَعِيْنَ ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِىَ
الْحَاجَاتِ. اللّهُمَّ انْصُرْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِ يْنَ ،
وَافْتَحْ لَنَافَإِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ ، وَاغْفِرْلَنَافَإِنَّكَ
خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ ، وارْزُقْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ ،
وَارْحَمْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ ، وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا
مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رِيْحًا
طَيِّبَةً سَكِيْنَةً ، وَهَبْ لَنَا عِيْشًا طَيِّبًا مُبَارَكًا كَمَا
هِيَ فِى عِلْمِكَ ، وَانْصُرْهَا عَلَيْنَا مِنْ خَزَائِنِ لُطْفِكَ
وَرَحْمَتِكَ وَاحْمِلْنَا بِهَا حَمْلَ الْكَرَامَةِ وَالسَّلَامَةِ
وَالْعَافِيَةِ فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْأَخِرَةِ إِنَّكَ عَلَى
كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.عِبَادَ اللهِ, إِنَّ اللّهَ
يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُونَ ، فَاذْكُرُوا اللّهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، واشْكُرُوْهُ
عَلَى نَعْمَآئِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّهِ أَكْبَرْ.
Muhammad Faizin, Wakil Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu / WWW.NU.OR.ID
3 Komentar
Berhati-hati dalam memilih ulama` untuk dijadikan panutan.
BalasHapusMenurut saya, selama tidak mengacu pada Qur`an dan Hadist, rasanya terlalu cepat untuk ngecap ulama`. :) CMIIW.
Terima kasih responnya mas, maka dari itu marilah kita anut guru2 yg sisilah ilmunya jelas, tentunya Alquran hadist sebagai kitab umat islam.... Jangan sampai salah pilih ulama...semoga kita sekalian selalu diridloi Allah swt, amiin...
BalasHapusSekarang peran ulama banyak di gantikan google mas.hmmmm
BalasHapus